Ads Top

Paul Pogba menjadi korban rasisme Usai Cetak Gol, Pogba Lakukan Selebrasi Mengenang Kepergian Sang Ayah

 Paul Pogba menjadi korban rasisme di Rusia


 Paul Pogba menjadi korban rasisme Usai Cetak Gol, Pogba Lakukan Selebrasi Mengenang Kepergian Sang Ayah


Dalam pertandingan uji coba kemarin di Stadion Krestovsky, Prancis menang 3-1 atas Rusia, Rabu (28/3) kemarin. Selain gol Pogba, dua gol Prancis lainnya disumbangkan Kylian Mbappe (40', 83'). Gol hiburan Rusia dikontribusikan Fyodor Smolov (68').

Gol Pogba di paruh kedua, melalui tendangan bebas itu cukup indah dengan melewati pagar betis dan berjarak 25 meter itu. Sang pemain pun kemudian melakukan selebrasi dengan bergembira bersama rekannya sebelum berlutut, mengangkat jersey-nya, dan tangannya memanjatkan doa ke atas.

Di balik jersey-nya itu, sang bintang menulis kata-kata dengan bahasa Prancis: “Bon Anniversaire, Papa. Allah y Rahman.” yang diterjemahkan sebagai: “Selamat ulang tahun, ayah. Semoga Allah merahmatinya.”

Ayah Pogba, yakni Fassou Antoine Pogba meninggal dunia pada Mei 2017 lalu di usia yang ke-79 setelah bertahun-tahun berjuang melawan penyakitnya. Dan di hari Pogba bermain, adalah hari ulang tahunnya atau hari lahirnya yang ke-80.

Pogba sendrii kemudian menuliskan kalimat doanya itu di akun Twitter setelah pertandingan dengan memposting gambar dirinya yang merayakan golnya. Dengan tulisan di sampingnya: “Selamat ulang tahun Ayah, terima kasih untuk terus mengawasi saya dan saudara-saudara saya.”

Ketika pemain Manchester United itu berselebrasi untuk golnya di menit ke-49, terdengar suara suporter Rusia berteriak meniru suara monyet.

“Chant fans Rusia yang bisa didengar dalam rekaman televisi sudah cukup bagi FIFA untuk melakukan investigasi atas ulah suporter ini,” tulis Fare Network, salah satu organisasi anti diskriminasi seperti diberitakan Daily Mail.

Perlakukan rasisme bukan sekali atau dua kali terjadi di sepak bola. Klub Rusia Zenit St.Petersburg sudah pernah kena sanksi dari UEFA karena ulah rasis pendukungnya ketika Zenit tampil di Liga Europa.



Nah, musim panas tahun lalu warga Afrika yang tinggal di Rusia sudah melakukan kampanye antirasis di Sochi. Jelang Piala Konfederasi Juni-Juli tahun lalu, ratusan warga Afrika yang tinggal di Sochi menggelar karnaval.

Pada karnaval ini mereka memakai topi buah-buahan salah satunya pisang. Pisang selama ini merupakan simbol rasisme karena buah inilah yang kerap dilemparkan kepada monyet.

Sumber: Bola.net

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.